Kecelakaan. Kecelakaan semalam semakin membuka mataku dan memberi kebanaraan atas fakta yang sering orang katakan mengenai sosok seorang Ibu.
Beliau marah karena aku tidak memberi tahu kebenaran perihal kecelakaanku. Saat itu Dia tidak dirumah ketika aku pulang dari kecelakaan. Dia pergi bersama Ayah untuk membeli suatu kebutuhan dirumah. Aku hanya menceritakan kejadian ini kepada abang. Sepulangnya mereka dari luar, abang ku tidak bisa menahan mulutnya. Dia ingin memberi tahu tapi antara iya dan tidak. Hingga akhirnya beliau gondok dan langsung berkata "kenapa?ketabrakan?" Aku terdiam, segitu kuat kah feeling seorang Ibu bisa menebak sebegitu tepatnya. Akhirnya aku putuskan untuk jujur.
Beliau marah dan menyalahkan ku kenapa tidak berterus terang kepadanya. Baru pertama kali itu aku tidak dongkol dimarahinya, bahkan aku menangis. Aku menangis karena tau bahwa "marah" itu bentuk peduli dan kasih sayang yang besar darinya untuk ku. Aku tak tahan membendung air mata itu. Akupun menangis dihadapannya.
Seketika beliau rawat aku seperti merawat ku dulu yang jatuh ketika belajar berjalan. Beliau berikan perhatian itu sepenuhnya. Aku sayang dia. Tak ada yang bisa sepeduli dan sesayang ini kepada ku kecuali beliau.
Bunda yang kucintai dihidupku. Akan kuperhatikan, akan kuperlihatkan. Semua yang pernah ada akan ku pertaruhkan untuknya. Bunda terbaik dimataku. Perasaan kuberikan. Tak sedikitpun waktu akan kutinggalkan. Ku bertahan hanya disaat Bunda disisiku. Ku serahkan, semua yang dia minta akan kupenuhi. Bunda segalanya dihidupku <3 br="br">3>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar